ayah dan masa kecilku

kaki kecilku melangkah ringan di atas pasir putih pantai. rambut sebahuku beriak dipermainkan angin laut. tangan mungilku berayun menggandeng seseorang di sebelahku. dengan suara cemprengku, aku menyanyikan lagu bintang kejora yang selalu disenandungkan ibuku setiap malam. dengan ekor mataku bisa kulihat orang di sebelahku tertawa lebar menyaksikan putri kecilnya begitu bahagia senang itu.

orang itu, ayahku. dia pahlawanku dan ibuku. dia tak pernah benar-benar marah kepadaku bila aku berbuat salah. dia hanya akan menggandengku dan membawaku ke taman belakang rumah untuk kemudian memberikan nasihat-nasihat tanpa terkesan menggurui. setelah berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama aku akan dibawa ke kedai es krim di sudut jalan. setelah itu aku pasti akan berfikir untuk cepat dewasa dan membanggakan beliau. ayahku.

aku harap aku lampu

aku berharap aku itu lampu. lampu yang kau nyalakan hanya saat gelap. lampu yang kau redupkan ketika hari mulai terang. lampu yang mungkin hanya kau cari saat mendung menggantung di sekitarmu.

aku harap aku itu lampu. lampu yang menerangimu hingga kau beranjak terlelap di malam hari. lampu yang kau cari pertama kali dalam keadaan gulita. lampu yang kau rasakan kehilangannya ketika tak ada energi untukku benderang. aku harap aku itu lampu.

aku, kamu, dan sepotong lagu dari maudy.

lagu soundtrack untuk hidupku? well akan kuberikan satu playlist music player yang berisi ribuan lagu. tapi akhir-akhir ini lagu yang paling sering kumainkan adalah "cinta datang terlambat" dari maudy ayunda. katakanlah aku cengeng atau apa. tapi memang kalimat "astaga lagu ini gue banget" akan terlintas di otakku setiap mendengar intro lagu ini.

sedangkan kalau ditanya lagu itu tentang siapa? akan kujawab, "lagu itu tentang kamu bagiku. kamu yang mungkin gak akan pernah selalu ada lagi untukku."

afiliasi angin

kuhembuskan nafasku dengan sedikit mendengus. angin musim gugur sudah mulai bertiup sejak sebulan lalu. kopi hangat yang kupegang tidak terlalu menghangatkanku sore ini. kuperhatikan pepohonan di kejauhan yang sudah mulai berubah warna. sejauh kata memandang yang kulihat hanya warna coklat, coklat, dan coklat. aku merindukan rumah. aku merindukan orang-orang yang selalu ada saat suka maupun dukaku.

angin bertiup sekali lagi membuat tanganku refleks merapatkan mantel hitamku. dentang big ben membuatku bergegas melangkahkan kaki menuju flatku. pada saat itulah aku mulai menyadari, mungkin perbedaan waktu 7 jam membuatku jauh dengan rumah. tapi satu yang kutahu, angin di tempatku berdiri tetap selalu berafilisiasi dengan angin dimana rumahku berada. dan untuk hal satu itu, aku berterimakasih kepada angin. karna hal itulah, aku tetap merasa dekat dengan rumah.

aku hanya butuh rumah.

kutendangi kerikil-kerikil tak berdosa di hadapanku sembarangan. pikiranku ku kalut. mendung yang menggantung rendah sore ini seakan menggambarkan perasaanku seharian ini. aku kecewa. aku marah. bukan kepada siapa-siapa. aku marah kepada diriku sendiri. bagaimana aku bisa sebodoh itu? kesalahan paling bodoh yang pernah kubuat, huh?

otak dan hatiku mulai tak selaras. otakku mulai mengeluarkan suara-suara sarkasnya. bagaimana kalau kau pergi saja dari dunia ini? kurasa itu akan lebih baik. begitu katanya. namun, hatiku berbicara lain. dengan suara lembutnya dia berkata, pulanglah. semua akan berakhir disana. dalam sekejap aku berdiri dari bangku kayu taman itu. kulangkahkan kakiku menuju rumah. ya, aku hanya butuh rumah tempatku kembali. dan kupastikan semua akan baik-baik saja.

filosofi perahu kertas

"perahu kertas ku kan melaju." begitu kata maudy ayunda. tidak ada yang tahu kemana perahu kertas itu akan pergi, apakah dia akan mencapai garis finish ataukah ia akan robek dan tenggelam di tengah jalan. dia juga tidak akan tahu kapan ia akan sampai di garis finish, tapi ia sudah pasti akan tahu saat itu benar-benar terjadi.

pernah berfikir hal yang sama untuk hidup kita? kita tidak akan pernah tahu kapan akan sampai di "garis finish" kita. kita hanya akan terus melaju dan mencoba bertahan agar perahu kertas kita tidak basah, robek, dan kemudian tenggelam. kita tidak akan tahu kapan itu berakhir. namun, pada saatnya nanti, kita akan tahu bahwa kita sudah mencapai garis finish dan menyunggingkan senyum kebanggaan kita disana.

life's band aid

masih ingat bagaimana rasanya jatuh dan terluka saat kecil dulu? kita akan berlari menghampiri ibu kita sambil menangis kencang. kemudian ibu akan melihat bagian tubuh kita yang mungkin terluka, meniupnya perlahan, lalu akan menutupnya dengan plester luka. setelah itu, kita akan merasa aman dan akan melanjutkan permainan kita yang sempat tertunda.

sekarang bayangkan saat kita terluka dari segala usaha atau "permainan" kita. sudah tidak ada lagi "ibu" yang akan meniupi dan menutup luka kita dengan plester. setelah terjatuh dan kecewa, kita hanya harus menutup "luka" itu sendiri. dan meyakinkan diri kita untuk percaya bahwa kita bisa melanjutkan "permainan".

metamorfosis.

aku menggeliat pelan dalam tidurku. masih bisa kulihat badan gemukku yang sedang mengalami perubahan sedikit demi sedikit. masih dengan jelas kuingat beberapa minggu lalu ucapan setiap orang yang melihatku akan berkata,”ih, liat deh. badannya jelek. ngeri ah liatnya.”. saat itu aku hanya bisa diam dan menangis tertahan, sebegitu buruknya kah aku? hingga orang-orang akan menghindariku setiap melihatku. namun, aku percaya, kesedihan tidak akan berjalan selamanya.


kemudian, beberapa hari lalu, proses perubahan itu datang. sudah saatnya bagiku untuk menjadi indah. sudah waktunya kesedihanku akan berlalu. namun, untuk menjadi indah tentu saja aku harus berkorban. membungkus diriku dalam ruang yang sempit ini dan menahan rasa laparku beberapa waktu. beauty is pain, begitu kata orang-orang. aku tidak hanya mengharapkan kecantikanku. aku hanya ingin mendengar,”hei, lihatlah dia. cantik sekali ya. aku ingin menangkapnya dan membawanya pulang ke rumah”. ya, aku hanya ingin punya teman. aku hanya harus menunggu dan bersabar hingga saatnya tiba. saat aku siap untuk menantang dunia dengan kepak sayap ku yang indah. saat aku siap mengelilingi dunia sambil berkata, “hai dunia, aku lah sang kupu-kupu cantik. bukan lagi si ulat buruk rupa.”

hide and seek. dahulu dan kini.

hide and seek. permainan sederhana yang biasa dimainkan anak-anak kecil di sore hari. mereka bergantian berjaga untuk mencari dan sebagian lainnya berlarian mencari tempat persembunyian terbaik. apabila salah seorang ditemukan maka pihak berjaga akan bersorak gembira dan yang bersembunyi akan mengeluh kecewa. namun, permainan akan dilanjutkan kembali tanpa ada rasa dendam sedikitpun.

hide and seek. permainan yang juga akan dimainkan saat dewasa. ada satu kala kita menjadi pihak yang berjaga, namun tidak jarang menjadi pihak yang bersembunyi. kita akan berjaga dan berusaha menemukan jati diri, mimpi, dan cita-cita yang mungkin masih "bersembunyi" entah dimana. dan kita juga akan bersembunyi dari masalah, keputusasaan, dan rasa takut dengan berkedok kemandirian. "aku sudah dewasa", hanya kalimat itu yang menjadi tempat persembunyian terbaik kita. yang apabila masalah berhasil menemukan kita, mungkin kita akan merasa sedikit kecewa. namun, permainan harus tetap dilanjutkan. saatnya kita untuk berjaga dan mencari mimpi baru setelah itu. tanpa rasa dendam dan kecewa sedikitpun. sama seperti permainan petak umpet di kala kita masih anak-anak.

jejak langkah sepatu kelabu

terlihat sebentuk sepatu kelabu di sudut ruang. cukup buluk untuk dikatakan sebagai sepatu. bentuk dan rupanya cukup menggambarkan ribuan langkah bersama sang pemilik. kota demi kota, waktu demi waktu, jejak demi jejak.

ribuan cerita sudah terukir bersamanya. berlembar  cerita sudah tertulis didalamnya. puluhan sahabat telah bersua dengannya. namun, masih banyak sekotak mimpi dan cita yang akan terwujud di hadapannya. semoga.

serangkai cerita sosok di balik cermin

apa yang akan kulihat ketika melihat cermin? kurasa mungkin akan kujawab aku tidak melihat apapun. aku tidak akan melihat apapun selain saksi hidup untuk mimpi, cita-cita, serta rangkaian cerita selama 22 tahun kehidupanku.  aku mungkin juga bisa melihat sedikit kilasan harapan dari kedua orangtuaku di dalam cermin sana. harapan untuk buah hatinya agar bisa membanggakan beliau. mungkin juga aku akan melihat bagaimana rupa orang yang bisa membuat orang-orang di sekitarnya tersenyum bahagia akan kehadirannya.

namun, bukan tidak mungkin juga saat kutatap cermin itu aku akan melihat kehilangan, keputusasaan, dan kesendirian. kehilangan harapan, keputusasaan meraih mimpi, dan kesendirian yang menguasai sepi. aku mungkin juga akan melihat kesedihan. kesedihan saat melihat kedua orangtuaku kecewa karenaku. mungkin aku akan melihat juga kemarahan. kemarahan saat membuat sedih orang-orang di sekitarnya. apapun itu, kurasa yang kulihat di balik cermin hanyalah aku. sosok itu.